AipusatID – Saham kini semakin populer sebagai instrumen investasi dengan potensi imbal hasil tinggi. Namun, sebelum mulai menanamkan modal, penting bagi calon investor untuk memahami jenis-jenis saham yang tersedia di pasar, agar strategi yang dijalankan sesuai dengan tujuan keuangan dan toleransi terhadap risiko.
Secara sederhana, saham merupakan surat berharga yang menandakan kepemilikan atas suatu perusahaan. Di Bursa Efek Indonesia (BEI), ada beragam tipe saham yang bisa diperjualbelikan. Klasifikasi saham ini didasarkan pada berbagai aspek, mulai dari hak kepemilikan, pola perdagangan, hingga cara pengalihannya.
Saham Berdasarkan Kepemilikan Aset
Jenis saham pertama yang perlu Anda ketahui adalah berdasarkan hak kepemilikannya, yang terbagi menjadi dua:
Baca juga: 6 Saham Pilihan Hari Ini 30 Juni 2025: Peluang Cuan di Tengah Sinyal Pemangkasan Suku Bunga The Fed
- Saham Biasa (Common Stock)
Jenis saham ini paling sering diperdagangkan di pasar. Pemegang saham biasa berhak mengikuti Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS), memilih direksi serta komisaris, hingga menerima dividen apabila perusahaan membagikannya. Meski begitu, dalam situasi perusahaan bangkrut, pemegang saham biasa menjadi pihak terakhir yang menerima pembagian aset. - Saham Preferen (Preferred Stock)
Saham preferen memberikan prioritas lebih dalam hal pembagian dividen serta klaim atas aset perusahaan. Namun, tidak seperti saham biasa, pemilik saham preferen tidak memiliki hak suara dalam RUPS. Oleh karena itu, penting untuk memahami konsekuensi dari tiap jenis saham yang dimiliki.

Saham Berdasarkan Kinerja Perdagangan
Baca juga: Tak Cuma Soal Untung-Rugi, Ini Perbedaan Trading dan Investasi Saham yang Wajib Diketahui Pemula
Berdasarkan performa di pasar, saham dikategorikan menjadi lima jenis utama:
- Saham Blue Chip
Dikenal sebagai saham unggulan, jenis ini dimiliki oleh perusahaan besar dengan rekam jejak kinerja keuangan yang solid dan stabil. Harga saham blue chip umumnya tinggi, namun risikonya relatif rendah, menjadikannya favorit di kalangan investor jangka panjang. - Saham Pertumbuhan (Growth Stock)
Saham jenis ini berasal dari perusahaan yang diproyeksikan mengalami pertumbuhan cepat. Meskipun jarang membagikan dividen, nilai saham ini berpotensi meningkat seiring waktu. Namun, pertumbuhan yang pesat juga dibarengi dengan tingkat risiko yang cukup tinggi. - Saham Spekulatif (Speculative Stock)
Saham spekulatif umumnya berharga lebih murah namun memiliki volatilitas tinggi. Investor membeli jenis saham ini dengan harapan akan mendapatkan keuntungan besar dalam waktu singkat. Cocok bagi yang berani mengambil risiko tinggi. - Saham Siklikal (Cyclical Stock)
Jenis saham ini mengikuti siklus ekonomi. Ketika ekonomi tumbuh, saham ini biasanya naik, dan sebaliknya. Contohnya saham dari sektor otomotif atau properti. - Saham Non-Siklikal (Defensive Stock)
Berbeda dengan siklikal, saham non-siklikal tetap stabil meskipun kondisi ekonomi sedang lesu. Perusahaan yang bergerak di bidang kebutuhan pokok seperti makanan dan kesehatan biasanya masuk kategori ini.
Baca juga: Fintech Meroket! Begini Cara Kerja, Manfaat, dan Ragam Jenisnya di Indonesia
Saham Berdasarkan Cara Pengalihan
Cara pengalihan kepemilikan saham juga menentukan jenisnya, yang terdiri dari:
- Saham Atas Unjuk
Kepemilikan saham ini tidak tercantum nama pemiliknya, sehingga bisa dengan mudah dipindahtangankan cukup dengan menyerahkan fisik sahamnya. Namun, hal ini juga membuatnya rentan terhadap kehilangan atau penyalahgunaan. - Saham Atas Nama
Berbeda dengan saham atas unjuk, jenis saham ini mencantumkan nama pemilik pada sertifikatnya. Proses pengalihannya lebih kompleks karena memerlukan perubahan legalitas. Di Indonesia, seluruh saham yang tercatat di BEI adalah saham atas nama untuk menjamin keamanan investor.
Tips Membeli Saham untuk Pemula
Bagi pemula, memahami waktu terbaik untuk membeli saham adalah langkah penting dalam merancang strategi investasi yang aman. Mengutip panduan dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK), berikut tiga strategi pembelian saham yang bisa diterapkan:
- Buy on Weakness
Strategi ini dilakukan saat harga saham turun ke level tertentu yang dianggap ideal untuk dibeli, dengan harapan harga akan kembali naik di kemudian hari. - Buy on Breakout
Dilakukan ketika harga saham berhasil menembus level resistance. Biasanya, kondisi ini menandakan tren kenaikan yang kuat dan menjadi sinyal beli bagi investor. - Buy on Retracement
Strategi ini digunakan saat harga saham yang sebelumnya breakout mengalami penurunan (koreksi). Investor memanfaatkan momentum ini untuk membeli dengan harga lebih rendah sebelum harga kembali naik.
Baca juga: Atur Cash Flow Pribadi dengan Bijak, Kunci Stabilitas Finansial Jangka Panjang
Mengetahui karakteristik masing-masing jenis saham dapat membantu Anda dalam merancang portofolio investasi yang lebih terarah dan sesuai dengan profil risiko. Jika masih baru dalam dunia investasi, Anda dapat memulainya dengan instrumen yang lebih aman seperti reksa dana atau obligasi. Namun, seiring bertambahnya pemahaman, tak ada salahnya untuk mulai menjajaki potensi cuan dari investasi saham.